Sabtu, 29 Juni 2013

Generasi era 80' an Vs Generasi 90'an

"I don't need to say I'm sorry
I do what everybody wants to do
It's not so complicated
'Cause I know you want the same thing, too
So what you gonna do, what you gonna say
When we're standing on top and do it our way
You say we got no future
You're living in the past
So listen up, that's my generation" - Simple Plan


Singkatnya seperti lyric yang dinyanyikan Simple plan diatas, dewasa ini kita mengenal perbedaan pola fikir dari generasi muda dewasa ini, yang dimana mengikuti era globalisasi.. hal - hal yang menyangkut estetika dan kesinambungan pribadi menarik untuk di angkat di dalam pergaulan, hal yang dianggap sebagai trend dan dianggap sebagai suatu modal untuk tampil keren di muka publik. budaya pasif dan tidak mementingkan kepentingan orang lain dan tidak mau ambil pusing dengan hal - hal yang terjadi pada sekitar dan orang lain membuat generasi ini lebih mengendepankan dirinya dan lebih asik bergaul di dunia maya membuat sebagian dari mereka malas dan tabuh dalam berinterkasi secara langsung. sebuah artikel yang terdapat pada majalah time yang bertajuk " The me me me Generation why they'll save us all" dalam artikel tersebut yang digarap oleh Joel Stein yang dituangkan banyak fakta yang menjelasan mengapa generasi yang lahir era tahun 80'an hingga 2000, dapat menjadi problem atau masalah atau dinamika baru bagi perkembangan dunia, golongan generasi ini disebut sebagai generasi millenial


Di gambarkan generasi ini memiliki karakter yang paling terlihat adalah sikap malas, narsitis dan penuh gengsi dan cenderung tidak mandiri, saya mengaitkan dengan generasi - generasi milenia yang ada di indonesia  mengapa? karena saya fikir indonesia memiliki generasi milenia yang hampir semua memiliki karakter yang terdapat dalam artikel tersebut. dalam artikel tersbut stein menggaris bawahi bahwasanya dengan meiliki rasa cinta akan hal yang sangat berlebihan terhadap diri sendiri, dan mengabaikan banyak informasi - informasi  yang signnifikan dan terlalu banyak mempublikasikan hal - hal yang tidak relevan di internet, generasi milenial ini akan menjadi penanda akan generasi baru dalam sejarah peradapan. generasi milenial tidak mencoba  mengambil alih perbaikan dan pengembangan hidup tetapi mereka tumbuh sendiri tanpa perkembangan itu. tulis stein.



sebagian dari generasi milenia yang masuk akal dunia maya adalah salah satu jalan atau senjata yang di kedepankan di mana di ranah ini generasi ini dapat menunjukkan eksistensi mereka, situs - situs jejaring sosial seperti facebook, twiter, google plus, dan lainya membuat dari mereka malah membenamkan diri mereka di dalamnya sehingga kehidupan yang real tidak lagi jadi hal yang dianggap didepan dan bagian dari hidup yang haikiki. menggemari fitur obrolan da berbagi foto,  sering mengeluh dan malas untuk hal, - hal yang sebenarnya baik dan sangat berat mengikuti trend pakaian atau pemilihan gadget, bahkan dari beberapa kasus saya  sendiri tidak mengetahui kenapa mereka harus memiliki barang ini dan itu, mereka menghabiskan uang untuk hal - hal yang tidak mereka  butuhkan 
akan tetapi saya tidak serta merta menyalahakan mereka, ada beberapa pendapat yang membanding bandingkan "generasi millenial dan generasi oprah winfrey" jenifer lopez hingga agnes monica, di indonesai menurut saya hanya menjadi tolak ukur untuk mengetahui dan melihat sejauh mana peradaban ( dengan revolusi arus informasi) dan membentuk kecenderungan sosial kaum muda.

saya masih sering menikmati jalan - jalan di pusat keramaian baik itu di pusat perbelanjaan dan semacamnya  di titik - titik keramaian. memang narsitas adalah hal yang selalu tampak dari keramaian tersebut, jika saya mengingat masa kecil saya dulu, ketika kamera digital masih menjadi visi, saya memang merindukan masa saat  bersama teman - teman berjalan - jalan menggengam balon atau permen saat di pusat keramaian bukanya ponsel berkamera.

generasi aku aku aku indonesia terbentuk akibat persaingan global dari para pelaku - pelaku moderenisme atau bentuk produk dari trend center itu sendiri yang di persenjatai dengan kemajuan teknologi informasi, jumlah masyarakat kelas menegah indonesia yang berkisar 135 juta jiwa membentuk pencintraan baru bagi kaum sosial. Dari kutipan riset yang dilakukan oleh Dr. Neila Ramdhani seorang psikolog UGM yang melakukan riset terhadap pengaruh internet anak dan remaja, ia berpendapat bahwa kecenderungan remaja dewasa ini mengikuti perkembangan teknologi, buka didasarkan terhadap pengertian mereka tentang dinamika informasi apalagi kemajuan teknologi itu sendiri. saat seorang remaja SMA membeli iPhone, itu karena dorongan eksternal dan bukan  pemahamannya sendiri dari perangkat yang digunakan, gadget di zaman sekarang bisa menjadi alat tawar yang kuat untuk mendapatkan posisi sosialnya
 Generasi aku aku sendiri dinilai sebagai generasi pemalas dan bergantung cenderung tidak mandiri apalagi bersifat independen, gemar memamerkan kemewahan yang bukan hasil kerja keras mereka alias pemberian dari orang tua, mendambakan hasil tapi kurang menghargai proses, mereka senag orang - orang mengetahui apa yang mereka lakukan dari bangun tidur hingga tidur kembali, karena menggangap jejaring sosial memberi kesempatan untuk itu.  sekolompokm mahasiswa yang baru lulus mencari pekerjaan disana - sini atau mengikuti job fair, dan sebagian dari mereka tidak tahu apa yang mereka inginkan untuk perbaikan hidup. pengalaman harian seperti menonton reality show, komedi percintaan di televisi atau membaca buku - buku hiburan menjadi pengalihan yang kuat dari pilihan hidup yang seharusnya sudah bisa ditentukan sejak usia 20.
 generasi sekarang ini abai terhadap hal - hal yang diluar minat mereka, atau  diluar tren  yang mereka ikuti. generasi ini selalu mendambakan karier cenerlang setelah lulus wisuda tetapi mereka kebingunga jika ditanya "apa yang bisa kau lakukan untuk membuat perubahan"? saat mereka mendapatkan pekerjaan baik mereka  tetap memoles diri karena mereka beranggapan pekerjan  masa kini masih terpisah - pisah dalam kasta.

pada tahun 1970 an para ilmuan dunia mempelajari pengaruh perkembangan kepercayaan diri bagi anak, yang kemudian di Amerika di kenal sebagai self-esteem, tingkat keempat dari lima tingkatan di teori piramida maslow. kepercaayn diri atau di indonesia di sebut pe-de, benar - benar menjadi barang yang sangat penting untuk di munculkan dan di perkenalkan di publik sebagai karakter moral seorang anak sejak lahir hanya saja dalam perkembanganya kepercaayn diri menjelma menjadi suatu hal yang tidak terkendali.
Generasi milenia sering kali mengaku kepercayaan diri mereka terbentuk secara utuh, akan tetapi sulit membedakan peda dengan narsitis. percaya diri bukanlah memfoto diri di depan cermin di toilet pusat perbelanjaan ataupun memasan foto di layar ponsel. percaya diri bukanlah tampil gaya dan penuh warna dalam forukm publik yang dihadiri oleh orang - orang yang terdidik, kecenderungan keliru mengartikan narsitis sebagai percaya diri akan terlihat lucu, karena orang - orang generasi sebelumnya menemukan sebuah fenomena "transisi teori" yang mengejutkan pemaknaan terhadap "Kepercayaan  diri" justru hilang saat anak - anak muda dengan penampilan nercis diminta berpidato di forum publik  kemudian terbata - bata.

Tapi beruntungnya kecenderunga kelompok millenial untuk berkelompok dan bergaul bisa menjadi luas memberi harapan akan pemecahan - pemecahan permasalahan sosial lainya, walaupun tingkat abai masyarakat meningkat. kelompok generasi  aku mempercayai bahwa suatu saat mereka bisa melakukan sesuatu saat mereka hidup di usia 30 ungkapan yang paling sering di gambarkan yaitu "lihat bagaimana nantinya saja" kirana akan menyelamatkan kehidupan dan pembanguan bangsa yang nantinya akan dilakoni oleh muda - mudi yang saat ini masih bergaul kesana - kemari. Bukti bahwa saat ini banyak instansi pemerintahan memanfaatkan aktivitas kaum muda guna menuntaskan program - program menjadi gejala yang dijanjikan, tetapi ada banyak muda - mudi yang mau  berfikir relevan  dan memiliki  visi akan pembangunan bangsa.




Catatan :  Di kutip dari beberapa sumber



Tidak ada komentar:

Posting Komentar